Sultan La Elangi

Judul dalam bahasa Kulisusu: Sulutani Laelani

Diceritakan oleh: La Tunde

Tanggal: Maret 1996


Ini, cerita ini, adalah ceritanya Sultan La Elangi.

Sultan La Elangi datang memancing di Malaoge. Tukang dayungnya dua orang. Sementara mereka memancing, basah koret apinya. Ah, melihat di kiri-kanan yang ada api, hanya bahagian Kulisusu. Jadi dia suruh tukang dayungnya datang mengambil api.

Setelah tiba di sini, sementara ramai-ramai kepala kampung Lemo. Manusia sedang bermain gamelan dan menari. Kemudian, sudah besok pagi baru mereka tiba di tempat memancing. 

Tiba di sana, dia marahi mereka. Sementara dia marahi, mereka bilang, “Jangan marah dulu, tuan,” katanya, “Kita mau berbicara.” “Kalau siang kita datang,” katanya, “Kita tiba di sana kepala kampung Lemo mangadakan keramaian, dan orang sedang menari. Kemudian masuk menari satu orang perempuan belum pernah lihat di dunia ini cantiknya.” “Jadi,” bilang Sultan, “mungkin masih ada sebentar.” Menjawab mereka, “Mungkin masih puncak keremaian.” “Oh,” he said, “Saya akan pergi juga sebentar.” 

Jadi, setelah sorenya mereka mendayung ke sini. Tiba di sana, mereka turun di sini di Malalanda. “Ah,” bilang para pendayung, “Bagaimana, tuan? Kita akan mau naik?” Katanya, “Jangan dulu, nanti gelap-gelap sedikit.” 
Itumi baru dinamakan Malalanda (berarti ‘gelap’ dalam bahasa Wolio). Katanya, “Kita mau naik, tuan.” Dia jawab, “Jangan dulu, nanti gelap-gelap sedikit,” dalam bahasa Kulisusu.

Setelah gelap-gelap sedikit, mereka naik pergi. Tibalah Sultan di tempat keramaian itu, mereka berselimut-selimut di pinggir-pinggir keramaian. Waktu perempuan banyak masuk menari, masuk satu perempuan, bilang Sultan, “Sudah itu?”Menjawab mereka, “Bukan.” Masuk satu orang lagi menari, “Bukan.”

Kemudian sudah fajar naik, sudah berbunyi kokok ayam. Kebtulan sudah Waode Bilahi yang turun menari. Turun itu, baru menari, katanya, “Sudah itu, tuan.” Kemudian setelah dia mau berputar naik ke rumah, mereka tahan dia di dasar tangga. Tibanya di dasar tangga, mereka peluk. Dipeluk ini, dia berteriak, katanya, “Jangan, tuan, Sultan La Elangi.” Orang bilang kepada dia, “Kenapa kau sebut-sebut itu, inilah tuhan kita di Wolio?” Kemudian disinari lampu, padahal mereka betul. Jadi, di situ mereka urus mereka baru mereka kawin.

Setelah satu bulan mereka habis kawin, Sultan itu kembali ke Wolio, kebetulan Waode Bilahi ini sudah lain (hamil). Sudah itu baru ada anaknya, yaitu La Ode-ode, dinamakan La Ode-ode. Jadi, La Ode-ode itu, dia tidak tahu bapaknya, hanya ibunya. 

Kemudian dia main-main dengan anaknya orang lain, mereka bilang, “Ibuku tulangnya bambu, bapakku rajah Banggai.” Menjawab, ibunya adalah Waode Bilahi, bapaknya tidak diketahui. Sudah besar dia, sudah tahu berbicara, dia pulang ke rumah katanya “Kenapa mereka ada bapaknya, sedangkan saya tidak ada?” Jawab ibunya, “Kamu juga ada bapakmu, itu Sultan di Wolio.” 

Jadi, setelah dia besar, dia mengumpulkan banyak daun palem yang mati. Inimi baru dinamakan Rombo, tempat mengumpulkan daun palem itu. Dia mau bakar kota Wolio, kalau dia tidak dapat bapaknya.

Kemudian dia muat daun palem itu lalu pergi, tiba di kota Wolio dia naik dengan pukul gendang-gendang. Jadi yang menjaga itu, sersan, pergi melapor kepada Sultan, katanya, “Di perahunya, siapa yang naik itu dengan memukul-mukul gendang?” Katanya Sultan, “mengintipnya.” Jadi, mereka naik itu, mereka lihat itulah La Ode-ode bertolak pinggang di pangkal tiang perahu. Tibanya di situ, mereka lapor kedua kalinya, katanya, “Kalau begitu, maka keturunan kita, tuan.” “Kalau begitu,” katanya, “Kasi naik dia di sini.” Dikasi naik ke istana, tempat tinggal Sultan. Jadi, di situlah dia tahu bahwa sudah anaknya di Kulisusu.

Di situlah baru diberi hak. Cuma kesultanan ada di Wolio. Maka disitulah diberi pangkat adakan kuasa di Kulisusu, misalnya sapati, kinipulu, kapita lau, lakino Kulisusu, semua sersan, semua pejabat, sama dengan Wolio, kecuali kesultanan ada di Wolio.

Jadi sudah dikasih hak itu, dia kembali. Setelah tiba, dikasih berdiri semua pejabat di sini, Sudah itulah baru ada pejabat-pejabat di sini, dibangun kinipulu, dibangun saragenti, dibangun kapita lau, dan dibangun semua macam pemerintah dibawakan oleh La Ode-ode, yang diterima dari daerah Wolio.

Selesai.


Cerita ini dapat didengar dalam bahasa Kulisusu. Dapat juga diambil dalam bentuk pdf yang ditulis dalam tiga bahasa. 


BACA
CERITA
LAINNYA


 

Thumbnail image